Arsenik (As)
Pengertian
Arsenik (As)
arsenikum arsenik, atau Arsen,
merupakan unsur kimia
dalam tabel periodik yang memiliki simbol As dan nomor atom
33. Arsenik merupakan bahan metaloid
yang terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk alotropik; kuning, hitam, dan
abu-abu. Arsenik dan senyawa arsenik digunakan sebagai pestisida,
herbisida,
insektisida,
dan dalam berbagai aloy.
Nama arsenik sendiri
pertama kali berasal dari bahasa Persia zarnig dan bahasa Yunani arsenikon
yang artinya kuning. Arsenik dalam kehidupan sehari-hari (di luar
racun-meracun) digunakan untuk bahan pestisida di buah-buahan. Galium arsenid
dapat dipakai sebagai bahan semikonduktor rangkaian listrik. Dalam pengobatan,
arsen juga mendapat tempat khusus. Di zaman dahulu arsenik pernah digunakan
sebagai obat sifilis, yaitu Salvarsan. Sampai sekarang arsenik masih menjadi
salah satu alternatif pengobatan tripanosomiasis Afrika (dalam bentuk
melarsoprol). Arsenik juga dipakai dalam industri pewarna dan cat.
Sifat
Arsenik (As)
Arsenik
secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan Fosfor, dan
sering dapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan
juga beracun. Ketika dipanaskan, arsenik akan cepat teroksidasi menjadi oksida
arsenik, yang berbau seperti bau bawang putih. Arsenik dan beberapa senyawa
arsenik juga dapat langsung tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa
menjadi cairan terlebih dahulu. Zat dasar arsenik ditemukan dalam dua bentuk
padat yang berwarna kuning dan metalik, dengan berat jenis
1,97 dan 5,73.
Arsen dapat terbentuk sebagai unsur semi logam (As0),dan
sebagai senyawa arsenat (As5+), arsenit (As3+), atau
arsin (As3- ). Karakter kimia Arsen didominasi oleh fakta bahwa
arsen merupakan senyawa yang labil, bilangan oksidasi atau bentuk senyawa
kimianya mudah berubah, baik melalui reaksi kimia maupun biologi yang umum terjadi di
lingkungan.
Hal ini
disebabkan karena kesetimbangan kelarutan (Ksp) Arsen di kontrol oleh mobilitas
arsen, kondisi redoks, pH, aktivitas biologi dan reaksi adsorpsi – desorpsi.
Arsen adalah unsur yang sangat jarang ditemukan di lapisan bumi, hanya sekitar
5,5.10-5 % per volum. Itu adalah komponen utama lebih dari 200
mineral termasuk elemental arsen, sulfida, oksida, arsenat dan arsenit yang
ditemukan di batuan vulkanik, batubara, lautan dan mineral di air. Arsen paling
banyak ditemukan di lingkungan sebagai arsen sulfida seperti realgar (As2S2),
auripigment (As2S3) dan arsenopyrite (FeSAs) (SCHUMANN,1985). Tetapi sumber
alamiah arsen yang paling penting adalah arsenian (yang sangat kaya arsen)
seperti halnya pyrite Fe(S,As)2) (NORDSTROM,
2000).
Arsenik sebagai Toksik
Bentuk arsenik yang terkenal adalah As2O3,
alias arsen trioksida atau warangan. Warangan ini bentuknya berupa bubuk
berwarna putih yang larut dalam air. Bentuk lainnya adalah bubuk kuning As2S3
dan bubuk merah realgar As4S4. Keduanya sempat populer
sebagai bahan cat, namun karena toksik akhirnya mereka tidak dipakai lagi.
Adapun bentuk gasnya, yang juga beracun; adalah arsin (As2H3).
Mengapa arsenik beracun? Arsenik mampu menghambat produksi
ATP, sumber energi bagi sel-sel hidup, melalui berbagai mekanisme. Di siklus
Krebs arsenik menghambat enzim piruvat dehidrogenase, sehingga sintesis ATP
menjadi berkurang dan malah meningkatkan produksi hidrogen peroksida. Hidrogen
peroksida ini merupakan oksidator yang sangat reaktif terhadap sel hidup, maka
justru sel hidup itulah yang diserang. Sel yang diserang arsenik akan mengalami
nekrosis dan kematian dengan segera.
Keracunan arsenik dapat terjadi dalam 2 cara, yaitu akut dan
kronik. Akut berarti arsenik diberikan dalam satu dosis tunggal yang sangat
besar dan langsung mematikan. Dosis ini kira-kira sebesar 120-200 mg pada orang
dewasa atau 2 mg/kgBB pada orang dengan berat badan kurang dari 60 kg. Keracunan
akut terjadi secara perlahan, cukup dengan sejumput arsenik, atau dosis
tepatnya 130 miligram, seorang manusia dewasa bisa langsung terbunuh. Dosis
0,05 sampai 0,30 gram pun dapat dianggap sebagai dosis mematikan jika diasup
selama kurang-lebih 14 hari.
Untuk urusan peracunan, biasanya pelaku mencampurkan arsenik
dalam makanan dalam dosis beberapa kali lipat, untuk mengantisipasi korbannya
muntah-muntah akibat keracunan akut ini. Gejala keracunan akut terdiri atas
mual muntah hebat yang disertai sakit perut. Napas penderita berbau seperti
bawang putih. Kadang ia langsung kejang-kejang dan koma. Tekanan darah korban
langsung turun dan ia tampak seperti orang dehidrasi berat.
a)
Arsenik
dalam Air minum
Dalam kehidupan sehari-hari, makanan kita pun mungkin
mengandung arsenik dalam jumlah kecil. Konsentrasi arsenik yang dianggap tidak
berbahaya dalam air minum oleh WHO adalah kurang dari 10 ppb (part per
billion). Selain karena arsenik menjadi bahan pestisida yang dipakai untuk
menyemprot sayur dan buah, arsenik juga berpotensi mencemari perairan. Hal ini
pernah menjadi masalah serius di Cina dan Bangladesh, dan sekitarnya pada tahun
2005. Arsenik yang ditemukan di air adalah arsenik bentuk arsenat V (HAsO42-)
dan arsenit III (H3AsO3). Di alam bebas arsenat dan
arsenit dapat mengalami reaksi redoks bolak balik. Konsentrasi yang ditemukan
dapat mencapai 200-4400 ppb, atau 0.2-4.4 ppm (part per million).
b)
Kematian
Munir akibat Arsenik
Tahapan berikut dialami oleh Munir (almarhum) dalam
penerbangannya ke Belanda (2004). Tiga puluh menit setelah menelan arsenik
dalam jumlah besar, gejala keracunan mulai ditunjukkan korban. Sensasi pertama
berupa rasa logam dalam mulut, diikuti produksi air ludah yang berlebihan dan
sulit menelan. Tahap berikutnya, korban muntah dan mengalami diare parah dengan
napas berbau bawang putih, keram perut, serta keluar keringat berlebihan.
Ketika efek keracunan berlanjut, korban akan mengalami kejang, syok, dan
meninggal dalam beberapa jam.
c)
Arsenik di
Beberapa Daerah
Tingginya kontaminasi di pesisir timur Sumatera yang
landai disebabkan oleh banyaknya penggalian sumur amat dalam dan mengisap air
di sedimen air yang mengalami masalah arsenik. "Peta prediksi ini alat
yang berguna untuk mengidentifikasi daerah risiko kontaminasi arsenik, namun
memahami geologi setempat adalah pertimbangan vital untuk daerah
tertentu," kata Berg, peneliti dari dari Swiss Federal Institute of
Aquatic Science and Technology di Duebendorf.
Delta Irawadi di Burma juga mengalami nasib serupa.
Sebelum prediksi dilakukan, tak ada yang mengira kawasan itu terkontaminasi
arsenik. Verifikasi di lapangan membuktikan, banyak sumur air tanah yang
memiliki konsentrasi arsenik melampaui standar WHO. Studi yang disokong Badan
Bantuan untuk Anak-anak Dunia (Unicef) menemukan konsentrasi arsenik di sana lebih
dari 50 µg/L pada dua pertiga sumur yang diambil sebagai contoh.
Studi itu
memprediksi bahwa di Bangladesh--yang memiliki kontaminasi arsenik terburuk di
dunia--risiko tertinggi pelanggaran batas WHO terdapat di bagian tengah selatan
Bangladesh dan di timur laut daerah aliran Sungai Sylhet. Prediksi ini tepat
dengan analisis sampel air yang sebelumnya diambil dari sumur artesis di
Bangladesh.
Probabilitas
tinggi terjadinya kontaminasi arsenik juga terlihat di kawasan Asia Tenggara
lainnya, seperti daerah aliran Sungai Chao Praya di Thailand dan dataran
sedimen subur di dekat Danau Tonle Sap di Kamboja. Peta itu mengindikasikan
meningkatnya risiko peningkatan konsentrasi arsenik di delta Irawadi dan
sepanjang Sungai Chao Praya.
Verifikasi
terhadap 1.750 data air tanah yang tersedia dari delta Bengal, Mekong, dan
Sungai Merah di Bangladesh memperlihatkan prediksi itu sesuai dengan kenyataan.
Di delta Sungai Merah dan Mekong, Eawag mendeteksi konsentrasi arsenik melewati
100 µg/L dalam satu dari lima sampel yang dianalisis, dengan nilai maksimum
setinggi 3.000 µg/L. Berg menekankan bahwa daerah yang dikategorikan berisiko
rendah dalam pemodelan bukan berarti risikonya nol. Meskipun model ini nantinya
dilengkapi lebih banyak data dari lapisan batuan yang lebih dalam, prediksi ini
tak dapat menggantikan analisis sampel air. "Tapi berkat peta ini,
pemerintah, pejabat setempat, atau lembaga kesehatan bisa mengetahui dengan
cepat daerah mana yang penggalian sumurnya bisa menimbulkan masalah."
Mengatasi
Keracunan Arsenik
Cara mengatasi
keracunan arsenik berbeda antara keracunan akut dan kronik. Untuk keracunan
akut yang belum berlangsung 4 jam, korban diberi ipekak untuk merangsangnya
muntah. Dapat juga dilakukan bilas lambung apabila ia tidak dapat minum.
Pemberian katartik atau karboaktif dapat bermanfaat. Sedangkan untuk keracunan
yang sudah berlangsung lebih lama daripada itu (termasuk juga keracunan
kronik), sebaiknya diberi antidotumnya, yaitu suntikan intramuskuler
dimerkaprol 3-5 mg/kgBB 4-6 kali sehari selama 2 hari. Pengobatan dilanjutkan
2-3 kali sehari selama 8 hari.
Dampak Arsenik bagi tubuh
Di Bangladesh, puluhan juta penduduk berpotensi terpapar air
yang mengandung arsenik, sehingga mendorong lonjakan penderita penyakit kulit,
penyakit pernapasan, dan kanker. Risiko itu muncul dari jutaan sumur artesis
dangkal yang digali antara 1970-an dan 1980-an, yang ironisnya merupakan upaya
untuk menyediakan air bersih bagi penduduk pinggiran.
Manfaat Arsenik (As)
Dalam zaman Perunggu, arsenik sering digunakan di perunggu,
yang membuat campuran tersebut lebih keras. Warangan, yang sering
digunakan sebagai bahan pelapis permukaan keris, mengandung bahan utama
arsen. Arsen membangkitkan penampilan pamor keris dengan
mempertegas kontras pada pamor. Selain itu, arsen juga meningkatkan daya bunuh
senjata tikam itu.
Pada zaman Ratu Victoria
di Britania Raya,
arsenik dicampurkan dengan cuka dan kapur dan dimakan oleh kaum perempuan untuk meningkatkan
penampilan wajah mereka, membuat kulit mereka lebih putih untuk menunjukkan
bahwa mereka tidak bekerja di ladang. Arsenik juga digosokkan di muka dan di
lengan kaum perempuan untuk memutihkan kulit mereka. Namun ini sangat tidak
dianjurkan sekarang.
Di Cina, arsenik
memiliki dua fungsi, selain sebagai zat racun, sejak ribuan tahun lalu arsenik
juga dimanfaatkan sebagai bagian dari pengobatan tradisional Cina. Pada tahun
1992, sejumlah dokter di Cina melaporkan arsenik mampu menyembuhkan 90 persen
penyakit leukimia akut. Akan tetapi saat itu belum bisa dijelaskan bagaimana
cara kerja arsenik sampai kemudian Zhang dan timnya menggunakan teknologi
modern untuk mengetahuinya. Dalam laporan yang dipublikasikan dalam jurnal Science,
Zhang dan timnya, termasuk Menteri Kesehatan Cina Chen Zhu, menjelaskan
bagaimana peralatan modern yang canggih mampu melihat cara kerja arsenik dalam
mencari sel kanker.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar